Gagasan bahwa setiap anak dapat berkembang dengan baik di setiap ruang kelas adalah gagasan yang dianut secara luas, namun sering kali tidak sejalan dengan kenyataan. Meskipun bertujuan baik, asumsi bahwa sekolah dapat memenuhi kebutuhan semua siswa dengan lancar mengabaikan perbedaan mendasar dalam gaya belajar, metode pengajaran, dan lingkungan sekolah.
Ketidaksesuaian Antara Ideal dan Realita
Pengalaman seorang guru menggambarkan hal ini dengan tajam. Seorang siswa dengan ADHD berkembang di sekolah mikro yang sering melakukan gerakan dan pelajaran aktif. Sebaliknya, siswa lain, yang mendambakan pendekatan pengasuhan, merasa tidak didukung oleh gaya guru yang terstruktur dan penuh harapan. Ini bukan kegagalan pendidik, melainkan pengakuan bahwa kesesuaian itu penting. Sekolah secara historis tidak dirancang untuk mengakomodasi setiap kebutuhan individu, dan mengharapkan sekolah untuk melakukan hal tersebut akan memberikan beban yang tidak realistis bagi guru dan siswa.
Permasalahan utamanya bukanlah kebencian atau ketidakmampuan, namun sebuah kebenaran mendasar: rasa memiliki terlihat berbeda pada setiap anak. Keadilan sejati bukanlah tentang memaksa setiap siswa untuk memiliki pola pikir yang sama, namun tentang memberikan peluang bagi mereka untuk menemukan lingkungan di mana mereka benar-benar berkembang.
Kasus Lingkungan Selektif
Ketika guru ini mendirikan sekolahnya sendiri, awalnya mereka berusaha melayani semua siswa. Namun, keterbatasan dengan cepat menjadi nyata. Sekolah tersebut kekurangan sumber daya untuk pengajaran sains yang kuat, dan siswa tertentu dengan kebutuhan khusus tidak dapat didukung secara memadai tanpa dana atau keahlian tambahan.
Seorang siswa, meskipun memiliki potensi, mengalami kesulitan karena kehadiran yang tidak konsisten dan kurangnya keterlibatan orang tua. Keputusan sulit yang diambil guru untuk menghentikan pendaftarannya, bukan sebagai penolakan tetapi sebagai pengakuan bahwa kapasitas sekolah terbatas. Hal ini menggambarkan sebuah poin penting: terkadang, pilihan yang paling penuh kepedulian adalah mengakui ketika lingkungan tertentu tidak sesuai.
Implikasinya terhadap Pilihan Sekolah
Gagasan bahwa tidak semua anak bisa diterima di setiap sekolah menantang kebijaksanaan konvensional. Daripada mempermalukan guru karena gagal menjangkau setiap siswa, hal ini menyarankan untuk membangun ekosistem di mana keluarga dan pendidik dapat menemukan pasangan yang lebih baik. Pilihan sekolah bukan hanya soal hak istimewa; ini tentang memastikan bahwa anak-anak memiliki akses terhadap ruang di mana kebutuhan mereka benar-benar terpenuhi.
Hal ini berarti mengakui bahwa beberapa sekolah unggul dalam bidang tertentu, namun gagal dalam bidang lain. Sekolah yang dibangun untuk pembelajaran singkat, pergerakan, dan struktur tidak cocok untuk setiap anak—dan hal itu dapat diterima. Yang penting adalah intensionalitas, bukan universalitas.
Pada akhirnya, tujuannya bukan untuk memaksa setiap anak masuk ke setiap kelas, tetapi untuk menciptakan sistem di mana mereka dapat dengan percaya diri mengatakan: “Tempat ini dibuat untuk saya.”
Penerimaan terhadap kenyataan ini bukanlah sebuah langkah mundur demi keadilan; ini adalah langkah menuju kejujuran dan dukungan efektif untuk semua siswa.



























