Pembicaraan Perubahan Iklim Berakhir, Fluorida Hilang, dan Rakun Berevolusi

32

KTT iklim global terbaru, COP30, berakhir di Brasil minggu lalu di tengah kekhawatiran yang mendesak atas lambatnya kemajuan dalam pengurangan emisi. Sementara itu, sebuah penelitian besar membantah klaim yang menghubungkan fluorida dengan penurunan kognitif, dan para peneliti menemukan rakun perkotaan berubah secara fisik sebagai respons terhadap kedekatan manusia.

COP30: Kemajuan Terhenti Meski Ada Kebutuhan Mendesak

Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP30) ke-30 berakhir dengan hasil yang beragam. Meskipun konferensi ini bertujuan untuk beralih dari negosiasi ke implementasi aksi iklim, masih terdapat hambatan besar. Amerika Serikat, setelah penarikan kedua kalinya dari Perjanjian Paris oleh Presiden Trump, tidak hadir dalam perundingan.

Meskipun mengalami kemunduran, Perjanjian Paris telah memperlambat pemanasan global dibandingkan jika tidak terjadi. Namun, tren yang ada saat ini menunjukkan bahwa target pemanasan global sebesar 1,5°C telah terlampaui—sebuah ambang batas yang berarti dampak bencana iklim sudah semakin meningkat. Negara-negara kaya telah gagal memenuhi komitmen keuangan untuk mendukung negara-negara miskin yang rentan terhadap perubahan iklim, dan faktor geopolitik seperti perang di Ukraina dan inflasi pascapandemi mengalihkan sumber daya.

Salah satu titik terangnya adalah investasi Jerman sebesar €1 miliar pada dana hutan tropis Brasil, dan peningkatan visibilitas bagi kelompok masyarakat adat yang melakukan advokasi untuk perlindungan wilayah Amazon. Kelompok-kelompok ini secara langsung menekan pemerintah Brazil agar memberikan komitmen yang lebih kuat.

Studi Fluorida Mengonfirmasi Keamanan, Membongkar Teori Konspirasi

Sebuah studi skala besar yang diterbitkan dalam Science Advances secara pasti tidak menemukan hubungan antara fluoride dalam air minum pada tingkat yang direkomendasikan dan penurunan kognitif. Penelitian ini menganalisis data dari lebih dari 58.000 orang Amerika selama empat dekade dan menunjukkan bahwa mereka yang terpapar air berfluoride memiliki nilai tes akademik yang sedikit lebih baik, mungkin karena berkurangnya ketidakhadiran karena sakit. Hal ini secara langsung bertentangan dengan klaim baru-baru ini—yang dipromosikan oleh tokoh-tokoh seperti Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS Robert F. Kennedy Jr.—bahwa fluorida menyebabkan “hilangnya IQ”.

Rakun Perkotaan Menunjukkan Tanda-tanda Domestikasi

Rakun perkotaan mengembangkan ciri-ciri fisik yang terkait dengan kejinakan, menurut penelitian baru. Para ilmuwan menemukan bahwa rakun di perkotaan rata-rata memiliki moncong 3,5% lebih pendek dibandingkan rakun di pedesaan—suatu perubahan yang terkait dengan sel puncak saraf yang memengaruhi respons rasa takut dan perkembangan fisik. Hal ini menunjukkan bahwa kedekatan dengan manusia mendorong adaptasi evolusi, namun para ahli memperingatkan agar tidak mencoba menjinakkan hewan-hewan ini.

Konvergensi temuan-temuan ini menggarisbawahi kenyataan penting: kemajuan dalam perubahan iklim berjalan lambat meskipun krisis semakin cepat, teori konspirasi yang terbantahkan terus menyebar, dan bahkan satwa liar beradaptasi terhadap pengaruh manusia dengan cara yang terukur. Masa depan menuntut pendekatan yang lebih tegas terhadap kerja sama global dan literasi sains.

попередня статтяObservatorium Neutrino JUNO Memberikan Hasil Terobosan Hanya Dalam 59 Hari
наступна статтяJalur Keamanan Siber Alabama: Model Kesiapan Teknologi Pedesaan